AWAS, Hamzah Haz masih
terus bela Orde Baru!
(Oleh : A. Umar Said)
Para pembaca, mohon perhatian bahwa ada satu soal besar yang perlu bersama-sama kita telaah dengan teliti, atau kita renungkan dalam-dalam. Sebab, soal besar ini bisa mempunyai dampak terhadap perkembangan kehidupan kita sebagai negara dan bangsa di kemudian hari!. Soal besar ini adalah pernyataan Wakil Presiden Hamazah Haz – untuk kedua kalinya di depan publik ! – yang “mengajak bangsa Indonesia untuk tidak terlalu menyalahkan Orde Baru karena sebenarnya orde tersebut memberikan jasa yang konkret dalam hal pembangunan, dan mencegah Indonesia menjadi negara komunis.”
Hal tersebut diungkapkan Hamzah dalam salah satu bagian pidatonya pada acara pembukaan "Gelanggang Dagang dan Pameran Pendidikan IWAPI (Ikatan Wanita Pengusaha Indonesia)" yang berlangsung di Hotel Sahid Jaya Jakarta, Minggu (12/8). Menurut Wapres, yang patut disalahkan adalah rezim dari Orde Baru dan bukan Orde Baru-nya. "Jangan salahkan Orde Baru-nya, salahkan rezimnya, karena kalau tidak ada Orde Baru kita sudah jadi negara komunis," tandas Hamzah sembari berusaha meluruskan hujatan-hujatan pada Orde Baru yang belakangan muncul. Sebelumnya pada bagian awal pidatonya, Hamzah juga menegaskan bahwa pemerintah sekarang ini akan tetap konsisten untuk melakukan pembangunan, seperti yang telah dicanangkan sejak awal lewat pemerintahan Orde Baru. (Kompas Minggu, 12 Agustus 2001)
Dalam tulisan yang terdahulu (tanggal 31 Juli) tentang persoalan yang sama,
oleh penulis telah diungkapkan berbagai hal yang berkaitan dengan ucapan-ucapan
Hamzah Haz yang juga sudah “mengajak masyarakat untuk tidak terus menjelek-jelekkan
Orde Baru saja”. Tetapi, karena Hamzah Haz masih terus juga mengulangi
ucapan-ucapannya yang serupa dan senada, maka tulisan ini terpaksa dibuat
juga, karena ucapannya ini bukan saja merupakan tantangan terhadap opini publik,
melainkan juga sebagai penghinaan terhadap nalar sehat dan hati-nurani banyak
orang. Karenanya, untuk menggarisbawahi pentingnya berbagai persoalan –
dan juga menggambarkan kekentalan emosi - dalam tulisan kali ini digunakan
ekspresi yang mungkin terasa kasar. Mohon maklumlah, kiranya, sebelum membaca
seterusnya.
INI SEMUAKAH YANG TIDAK PERLU DIBICARAKAN LAGI?
Ucapan Hamzah Haz seperti yang tertera di atas adalah sesuatu yang tidak boleh
dibiarkan lewat begitu saja tanpa mendapat perlawanan. Sebab, sebagai seorang
wakil presiden, ajakannya “kepada bangsa Indonesia untuk tidak menyalah-nyalahkan
saja, menjelek-jelekkan saja, atau mengungkit-ungkit saja Orde Baru”
adalah keterlaluan!. Sebagai negarawan (heh?) ia tidak pantas melakukannya,
sebagai seorang politisi ia kelihatan cupet pemikirannya, sebagai pemimpin
partai Islam ia kelihatan tidak bijaksana, sebagai seorang Muslim ia perlu
diragukan wawasannya, sebagai manusia biasa dan warganegara ia patut disayangkan
tentang kesadaran civicnya. (Ekspresi yang eksesif? Mohon ma’af, kalau
memang terasa demikian. Tetapi, harap perhatian juga terhadap hal-hal yang
dijelaskan di bawah ini).
Hamzah Haz sudah lama berkecimpung dalam politik, selama Orde Baru. Ia lama
menjadi anggota DPR, yang walaupun selama puluhan tahun hanya dijadikan stempel
mati saja, tetapi ia tahu banyak tentang berbagai politik yang dilakukan oleh
pemerintahan Orde Baru. Adalah wajar, bahwa, karenanya, ia tahu banyak tentang
kesalahan-kesalahan dan kebusukan orang-orang dan juga sistem politik Orde
Baru. Karena sebagai anggota DPR ia ikut membahas berbagai tindakan atau politik
pemerintahan Orde Baru, bahkan menyetujuinya. Jadi, - sedikit atau banyaknya
- ia ikut bertanggung-jawab. Bahkan, bisalah dikatakan bahwa ia satu dengan
Orde Baru.
Selama puluhan tahun ia sudah tahu bahwa korupsi merajalela besar-besaran
di kalangan pejabat-pejabat (militer atau sipil) dan terjadi segala macam
kolusi kotor dan haram di antara pemegang kekuasaan dan pemegang modal besar.
Tetapi, ia bersama-sama teman-temannya apakah sudah berani mempersoalkan itu
semuanya ? Masalah keserakahan luar biasa keluarga Suharto juga sudah puluhan
tahun menjadi sorotan publik, baik di dalam negeri maupun di luar negeri.
Kebusukan nama Suharto beserta keluarganya (dan konco-konconya) sudah lama
menjadi bacaan luas dalam pers internasional. Cerita tentang Tommy yang belum
ditangkap juga (sampai tulisan ini dibuat) menjadi pertanyaan, ejekan atau
tertawaan banyak orang, juga di banyak negeri di dunia (termasuk di Prancis).
Hamzah Haz sendiri pastilah juga tahu, bahkan merasakan sendiri, bahwa selama
puluhan tahun Orde Baru telah melakukan sensor terhadap pers, bahwa kebebasan
demokratis dicekek, bahwa hukum telah dimanipulasi seenak para petinggi Orde
Baru, bahwa jaksa dan hakim mudah dibeli, bahwa banyak jenderal-jenderal atau
petinggi militer memperkaya diri dengan cara-cara yang tidak luhur, bahwa
terror politik telah berlangsung lama sekali, bahwa banyak orang telah diculik
atau dibunuh begitu saja oleh TNI-AD tanpa ada pengusutan atau hukuman, bahwa
..., bahwa ...... dan bahwa ....!!! (harap isi sendiri selanjutnya, sebab
bisa terlalu panjang, jadinya).
Kejahatan Orde Baru selama puluhan tahun adalah terlalu banyak, terlalu beragam,
dan terlalu luas bidangnya. Dan karenanya, kerusakan-kerusakan yang telah
dibikinnya tidak bisa, tidak boleh, dan juga tidak benar, kalau dilupakan
saja, atau didiamkan saja. Mengingat itu semuanya, apakah ajakan Hamzah Haz
kepada bangsa kita untuk tidak menjelek-jelekkan Orde Baru bisa dianggap baik?
Tidak, tidak dan, sekali lagi, tidak!!!!! (tanda seru lima kali). Ajakan ini
berbahaya, berbau politik busuk, dan juga bermoral rendah. Mengapa? Berikut
adalah sekadar bahan untuk renungan kita bersama : AJAKAN HAMZAH HAZ ADALAH
PENGKHIANATAN!
Agaknya, sekarang makin jelaslah bagi banyak orang bahwa periode pemerintahan
Orde Baru merupakan halaman-halaman hitam dalam sejarah bangsa Indonesia.
Periode gelap yang sudah menterpurukkan citra bangsa di dunia internasional
ini tidak boleh terulang lagi. Periode yang penuh dengan kejahatan politik
dan kejahatan kemanusiaan ini harus dijadikan pendidikan penting bagi bangsa
dan generasi yang akan datang. Periode yang telah membikin kerusakan-kerusakan
besar dan parah – yang akibat-akibatnya menjadi warisan kita dewasa
ini – harus diselidiki atau dipelajari sebaik-baiknya oleh bangsa kita.
Periode yang penuh kebusukan ini merupakan cermin bangsa untuk membersihkan
diri dan melanjutkan perjalanan dalam nation building and character building
(“Hah, lagi-lagi mengutip Bung Karno”, mungkin ada yang berkomentar
demikian.) Jadi, ajakan Hamzah Haz untuk tidak mengusik-usik lagi sejarah
Orde Baru adalah salah.
Bahkan berbahaya!!! Sebab, kalau ucapan Hamzah Haz ini tidak dilawan, maka
akan merupakan halangan bagi terlaksananya reformasi. Banyak orang, terutama
pejabat-pejabat dan tokoh-tokoh masyarakat – baik di Pusat maupun di
daerah-daerah - bisa akan mendapat kesan (yang salah) bahwa “jangan
utik-utik Orde Baru” adalah “garis resmi” pemerintah. Padahal
belum tentu. Sebab, masih patutlah diragukan apakah “garis” politik
semacam ini juga disetujui oleh Presiden Megawati. Seandainya – sekali
lagi : seandainya ! – Megawati menyetujuinya, maka inilah sinyal bahwa
perlawanan besar-besaran oleh seluruh kekuatan reformasi sudah perlu digelar
bersama-sama. Dan ini akan membawa konsekwensi yang besar. Sebab, Megawati
akan (makin) hancur di hati banyak orang, dan akan membawa kemerosotan besar
bagi PDI-P? Ajakan Hamzah Haz kepada bangsa untuk tidak menjelek-jelekkan
Orde Baru, adalah pengkhianatan terhadap aspirasi rakyat. (Terlalu keras?
Untuk jelasnya, mohon baca yang berikut:)
Kita sama-sama ingat bahwa reformasi sudah menjadi “program” bangsa.
MPR telah membuat keputusan tentang soal perlunya dilakukan reformasi. Begitu
banyak pernyataan dan tulisan yang sudah dikeluarkan oleh berbagai organisasi
(partai-partai, LSM atau ornop) selama lebih 3 tahun tentang pentingnya reformasi,
dan begitu banyak aksi-aksi yang juga sudah dijalankan oleh gerakan pemuda/mahasiswa
yang menuntut dilaksanakannya reformasi. Artinya, aspirasi rakyat terhadap
reformasi sudah dinyatakan secara jelas lewat berbagai saluran dan dengan
beraneka cara. Sedangkan arti dan tujuan reformasi adalah juga jelas, yaitu
: memperbaiki segala kerusakan, kesalahan atau kebusukan yang telah dibikin
Orde Baru. Di antara kerusakan dan keburukan itu adalah KKN dan penyalahgunaan
hukum dan peradilan dan pelanggaran HAM.
“Ajakan” Hamzah Haz jelas bermakna bahwa ia membela Orde Baru,
atau menutupi kesalahan dan keburukan yang telah ditimbulkannya selama puluhan
tahun. Bisa juga bermakna bahwa ia mau melindungi para koruptor kakap dan
para pelanggar hukum lainnya, termasuk pelanggar HAM. Lebih jauh lagi, bisa
bermakna bahwa ia menginginkan kembalinya Orde Baru dalam versi yang baru
pula. Inilah yang merupakan pengkhianatan yang besar terhadap aspirasi rakyat.
Dan, karenanya, ini pulalah yang perlu dilawan, secara besar-besaran, dan
terus-menerus, oleh seluruh kekuatan pro-reformasi.ORDE BARU BERJASA DALAM
PEMBANGUNAN?
Bahwa Hamzah Haz, secara pribadi, menganggap Orde Baru itu baik adalah haknya
yang sah dan wajar. Ini bisa dikemukakan dalam keluarganya, di depan teman-temannya
atau partainya (PPP). Tetapi, menjadi lain lagilah persoalannya kalau ia berbicara
demikian sebagai wakil presiden dalam acara yang resmi dan untuk umum pula.
Apalagi ketika ia mengatakan bahwa Orde Baru sebenarnya telah “memberikan
jasa yang konkret dalam hal pembangunan, dan mencegah Indonesia menjadi negara
komunis”, dan bahwa “Orde Baru lahir karena Orde Lama telah menyimpang
dari perjuangan”. Atau ketika ia menegaskan bahwa pemerintah sekarang
ini akan tetap konsisten untuk melakukan pembangunan, seperti yang telah dicanangkan
sejak awal lewat pemerintahan Orde Baru. (Kompas Minggu, 12 Agustus 2001)
Kalimat-kalimat itu secara jelas menampilkan pembelaannya terhadap Orde Baru.
Sebagai intelelektuil yang bergelar doktor (mohon jangan tanya dalam bidang
apa dan dari mana gelarnya itu! Ma’af, agak sinis, barangkali) tentulah
- banyak sedikitnya – mengetahui atau mendengar bahwa kebangkrutan ekonomi
Indonesia bukannya hanya karena krisis moneter tahun 1997 saja, melainkan
juga karena berbagai politik ekonomi yang dijalankan oleh Orde Baru selama
puluhan tahun. Gedung-gedung tinggi dan megah memang sudah dibangun di Jakarta
maupun di berbagai kota besar lainnya. Jalan tol juga terpasang di banyak
tempat. Segala macam pabrik juga sudah berdiri. Produksi minyak juga makin
banyak. Perkebunan kelapa sawit juga meluas di dekat hutan-hutan. Sejumlah
besar bank juga muncul sebagai jamur. Tetapi, berapa besarkah kerusakan moral
yang berdiri di belakang itu semua? (baca: KKN yang tersangkut didalamnya).
Memang, juga tidak bisa dibantah, bahwa banyak rumah-rumah yang besar dan
mewah telah berdiri dengan megah di daerah Kuningan, Pondok Indah, Bintaro,
Cibubur dll yang dimiliki oleh para petinggi militer dan sipil di Jakarta
(juga di daerah-daerah). Dan, jelaslah juga bahwa banyak pejabat-pejabat dan
konglomerat yang memiliki 4 sapai 6 rumah, atau lima sampai 12 mobil untuk
satu keluarga. Tetapi untuk itu semua berapa saja uang yang telah dicuri dari
keringat rakyat (pajak). Kita sama-sama pernah mendengar bahwa 30 sampai 40
% anggaran pembangunan telah dikantongi oleh para koruptor. Sedangkan, hutang
luarnegeri kita sudah mencapai sekitar 200 milliar US$, dan jumlah pengangguran
(terbuka dan tertutup) sekitar 40 juta! Namun, Hamzah Haz masih berani mengatakan
bahwa “pemerintah sekarang ini akan tetap konsisten untuk melakukan
pembangunan, seperti yang telah dicanangkan sejak awal pemerintahan Orde Baru”.
Lalu, penjelasan apakah kiranya yang bisa diberikan olehnya tentang KKN yang
merajalela selama puluhan tahun itu? Atau tentang penumpukan kekayaan oleh
keluarga Suharto? Itukah jasa yang konkret oleh Orde Baru?TENTANG ORDE BARU
DAN ORDE LAMA
Hal yang menarik lainnya dari ucapan Hamzah Haz adalah ketika ia menjelaskan
bahwa “Orde Baru lahir karena Orde Lama sudah menyimpang dari perjuangan
dan bahwa berkat kelahirannya maka dapat dicegahlah Indonesia menjadi komunis”.
Bahwa Hamzah Haz tidak suka kepada Bung Karno dapatlah dimengerti, kalau mengingat
sejarah pribadinya sejak ia muda. Di samping itu indoktrinasi intensif, menyeluruh
dan sistematis selama Orde Baru yang meniru cara-cara Goebels rupanya mempunyai
pengaruh juga terhadap cara berfikir Hamzah Haz. Dari segi inilah kelihatan
betapa pentingnya usaha bersama untuk mengungkap kembali sejarah yang sebenarnya
tentang terjadinya “kudeta merangkak” yang dilakukan oleh TNI-AD
(Suharto dkk) terhadap Bung Karno, sebagai akibat terjadinya peristiwa G30S.
(Juga, kelihatan betapa makin mendesaknya untuk membetulkan buku-buku pelajaran
sejarah yang dipakai dalam sekolah-sekolah lanjutan).
Sejarah lahirnya Orde Baru dan regim militernya yang berkuasa selama 32 tahun
adalah masalah besar sejarah bangsa. Demikian juga sejarah “Orde Lama”
yang berumur 20 tahun (satu penamaan para pendiri Orde Baru terhadap pemerintahan
selama di bawah pimpinan Bung Karno sejak 1945 sampai 1965). Oleh karena itu,
ucapan Hamzah Haz seperti yang tersebut di atas perlu dianggap serius. Bukan
saja oleh keluarga Bung Karno (termasuk Megawati), melainkan juga oleh para
pendukung politik Bung Karno, bahkan oleh sebagian besar rakyat. Sebab, Hamzah
Haz mengatakan bahwa Orde Lama (artinya, Bung Karno) sudah menyimpang dari
perjuangan. Menyimpang dari perjuangan yang mana?
Mungkin, walaupun Hamzah Haz seorang tokoh politik, ia tidak pernah - atau
tidak mau! - mempelajari sejarah perjuangan Bung Karno secara baik. Padahal,
sejarah sudah membuktikan bahwa Bung Karno adalah manifestasi terpusat perjuangan
bangsa Indonesia dalam melawan kolonialisme dan imperialisme. Perjuangan ini
telah beliau lakukan sejak muda-belia dengan gigih, konsekwen dan berani sampai
1965!. Berkat sikap perjuangan beliau yang anti-kolonialisme dan anti-imperialisme
inilah maka beliau menjadi sumber inspirasi, baik di tingkat nasional maupun
internasional. Konferensi Bandung, gerakan-gerakan solidaritas Asia-Afrika
yang beliau sokong, gerakan negara-negara Non-blok, adalah hanya sebagian
saja dari jasa beliau dalam perjuangan anti-kolonialisme dan anti-imperialisme
beliau. Jadi, singkatnya, Bung Karno (Orde Lama) tidak pernah menyimpang dari
perjuangan. Yang menyimpang adalah justru gerakan kontra-revolusioner para
petinggi militer (TNI-AD) yang bersekongkol dengan kekuatan asing, dan telah
meng-kudeta Bung Karno dan kemudian mendirikan Orde Baru.
Hamzah Haz juga mengatakan bahwa berkat Orde Barulah maka Indonesia tidak
menjadi negara komunis. Supaya jelas bagi Hamzah Haz (dan juga bagi orang-orang
lain yang sebangsanya) : Bung Karno bukanlah seorang komunis, dan tidak bercita-cita
mendirikan negara komunis. Memang, beliau menaruh simpati kepada PKI, karena
pada waktu itu PKI-lah yang merupakan pendukung utama beliau, dalam perjuangan
melawan kolonialisme dan imperialisme. Bung Karno, yang seluruh hidupnya telah
disumbangkan kepada perjuangan anti-kolonialisme dan anti-imperialisme ini,
telah digulingkan oleh para pendiri Orde Baru (yang berkomplot dengan kekuatan
asing). Dan untuk menggulingkan beliau, maka PKI harus dihancurkan dulu, antara
lain dengan pembunuhan besar-besaran terhadap jutaan manusia tidak bersalah
dan penahanan ratusan ribu orang (yang tidak bersalah apa-apa juga) selama
belasan bahkan puluhan tahun.
Jadi, kesimpulan apa yang bisa ditarik dari ucapan-ucapan Hamzah Haz ini?
Bisa macam-macam. Antara lain, yalah bahwa kita semua perlu mewaspadai, secara
cermat pula, segala tingkah-laku politiknya. Sebab ia adalah agen terselubung
Orde Baru, yang walaupun menjabat sebagai wakil-presiden, dan “resminya”
bertugas membantu pekerjaan presiden Megawati, tetapi mempunyai agenda-agenda
politik tersendiri (yang terselubung juga). Bersama-sama dengan komplotannya,
ia bisa menjalankan berbagai permainan “menggunting dalam lipatan”.
Mungkin, tidak lama lagi (!), akan muncul bukti-bukti lainnya lagi, yang menyatakan
bahwa ia adalah reformis gadungan dan, karenanya, ia juga akhirnya akan bentrokan
dengan kubu Megawati, baik dalam kabinet, di DPR, maupun dalam masyarakat.
Kesimpulan lainnya : karena “ajakan” Hamzah Haz adalah bertentangan
dengan aspirasi rakyat dan nalar sehat, maka adalah benar, sah, dan juga luhur,
kalau seluruh kekuatan pro-reformasi terus-menerus melakukan perlawanan terhadap
fikiran Hamzah Haz ini, yang secara politik adalah salah dan secara moral
juga rendah.
Paris, musim panas, 14 Agustus 2001