Sobron Aidit :
Semoga Berjaya Teruslah
Resto Indonesia di Paris
Besok tanggal 14 Desember 2002, genap 20 tahun usia Restaurant INDONESIA di Paris. Kami dirikan dan buka pada tanggal 14 De- sember 1982. Alhamdullillah dan Puji Tuhan, sampai kini berjalan dengan baik. Dan saya terlebih gembira karena kini tidak sedikit yang menulis tentang Resto kami. Dari mulai orang pertama, sesepuh kami Pak Umar Said, lalu menjadi banyak dan subur orang-orang lainnya menulis tentang resto kami. Kini JJ Kusni secara bersambung menulis tentang Restoran Indonesia. Dan Pak Umar, bagaikan membuka situs sendiri tentang tulisan resto. Mas Aji - Samiaji dengan sangat indahnya menggambarkan kisah pengalamannya selama hidup di sekitar resto, bekerja dan bahkan pernah beberapa lamanya tinggal di atas resto, ka- mar bagian atas, bagian dari kantor kami. Mas Aji seorang dokter yang punya diploma beberapa negeri itu, pernah pula bekerja di dapur mau- pun di sal di resto kami. Dan saya lihat di milis internet, banyak juga yang memberikan ucapan selamat atas ulangtahun resto kami,- buat semua itu kami dan saya sangat mengucapkan banyak terimakasih.
Jauh sebelum itu sudah pula diurai-bentangkan oleh penulis terdahulu bahwa orang-orang terkenal seperti Arief Budiman juga menulis ten- tang resto kami. Yang saya catat, Rosihan Anwar-pun, jurnalis senior yang kenamaan itu, juga menulis tentang kami. Kebetulan saya membaca- nya di KOMPAS ketika itu. Tentu saja, orang menulis dengan maksud berbagai macam dan jenis tujuan dan motifnya. Sebagai seorang yang luarbiasa anti-komunisnya, tentu saja Rosihan Anwar menulis lain mi- salnya dengan Arief Budiman yang nadanya ada semangat persahabatan dengan kami. Kalau Rosihan, terasa pada saya,- ini lho resto Indonesia yang dikelola para komunis dan para gestapu itu! Agar tahu saja, resto ini adalah resto orang-orang komunis,- jangan sampai salah kira dan salah duga, dan juga jangan sampai salah masuk!,- rasanya pesan itulah yang saya rasakan. Banyak yang bernada seperti ini yang pabila menuliskan nama saya selalu ada ujung dan ekornya yang tak begitu sedap : Sobron Aidit yang adik kandungnya Ketua PKI itu lho!
Tetapi namun demikian, saya harus berterimakasih juga kepada Uda Rosihan, sebab bagaimanapun beliau sudah turut mempropagandakan resto kami, walaupun tulisannya itu digoreskan pada masa begitu berjayanya kekuasaan Suharto-Orba-Abrinya, belasan tahun yang lalu itu. Sebagai ilustrasi, saya hampir dua tiga kali dalam seminggu lewat di depan rumahnya di Jalan Mi- nangkabau ketika itu - Manggarai - karena saya berenang di Manggarai. Se- sekali mata kami berpandangan,- tetapi mana pula dia mau menegur-sapa saya, padahal saya selalu mengirim tulisan di SIASAT, majalah kembaran dari PEDOMAN yang dipimpinnya.
Ada yang saya mau catat. Direktur Umum resto kami adalah orang Peran- cis, Pascal LUTZ, sampai kini. Tetapi jabatan itu akan dilepaskannya pada tahun depan ini,- yang hanya tinggal beberapa minggu lagi. Sejarahnya cu- kup panjang kalau diurai-bentangkan. Tetapi yang dapat saya tulis-ringkas- kan, sejak embrio resto kami pada tahun 1982, dia sudah lama selalu bersa- ma kami, membantu kami dan sangat bersimpati kepada kami. Begitu dia merasakan bersenyawanya dengan kami, selama 20 tahun ini, tak satu sen- pun dia menerima gaji dari resto kami! Dia bekerja dan "mengabdi" buat resto yang didirekturinya ini, samasekali berdasarkan kerelaan, sebagai relawan. Padahal tanggungjawabnya bukan main besarnya. Kalau ada apa- apa dengan resto, bangkrut misalnya, terjadi skandal yang samasekali tak diharapkan, maka Pascal-lahyang duluan masuk penjara! Semua ini selalu dikatakannya kepada kami, dengan maksud kami harus benar-benar dan sungguh dalam mengelola resto.
Pekerjaan Pascal memang tidak tiap hari, bahkan bisa satu bulan hanya satu dua kali datang ke resto kami. Tetapi semua urusan besar resto, dia- lah penanggungjawabnya, dialah yang menandatangani surat-gaji yang kami terima setiap bulannya. Ini selama kurun waktu yang lalu. Tetapi pada rapat menjelang ultah ini, dia minta diri, mengundurkan diri. Dan penanggungjawab-baru kami nanti "akan jatuh ke tangan" kami sendi- ri, Mas Yoso yang akan menggantikannya. Tenaga yang boleh dikata- kan termuda di antara kami. Dulu, dulu sekali, memang ada aturan mainnya, kami belum seorangpun yang berwarganegara Perancis ketika mendirikan resto ini. Ada aturan mainnya, seorang direktur-umum atau presiden-direkturnya harus orang Perancis dan berwarganegara Perancis. Itulah sebabnya kami mengangkat teman yang paling dekat kami : Pascal LUTZ.
Bagaimana kami ingin menyatakan rasa terimakasih kami kepada Pascal atau keluargnya? Pada hari-hari tertentu, kami memberikan tanda-mata, atau hadiah yang bersifat tradisional, seperti batik misalnya, atau benda lainnya, hasil pekerjan-tangan dari Indonesia. Dan kalau dia makan ber- sama temannya, atau keluarganya, kami persilahkan memilih sendiri apa kesukaan dan kesenangannya. Dan dia tulisendiri, berapa harganya, dan berapa yang dia mau bayar. Mbok resto ini atas nama dia kok! Dan hal beginipun bukan main jarangnya. Dia merasa sangat senang, sebab dia tahu, kami semua sangat menghargai dan menghormatinya.
Sekaligus, sambil mengucapkan Selamat Ulangtahun kepada Restoran INDONESIA, juga Selamat dan Sangat Terimakasih kepada teman baik kami Pascal LUTZ, yang telah selama 20 tahun bekerja secara relawan kepada kami. Kami tidak akan melupakan rasa persahabatan yang begitu dalam dan begitu akrabnya,- Selamat dan Selamat buat banyak hal baik!
Holland, 13 des 02
* * *
Selamat Ulangtahun
Restoran Indonesia di Paris
Hari ini tanggal 14 Desember 2002. Genap 20 tahun usia RESTAURANT INDONESIA di Paris. Tapi kami akan memperingatinya dan merayakannya bersama tidak pada hari ini, minggu depan. Kalau tiba harinya nanti, saya dengan satu kompi anak-anak dan cucu saya akan berangkat ke Paris buat merayakannya bersama seluruh keluarga dan teman-teman yang ada hubungannya dengan resto kami. Siapa saja yang ada hubungannya dengan resto ini, pernah kerja di sana, atau ka um keluarga dari orang-orang koperasi resto, semua kami undang.
Bagaimanakah perasaan saya sekarang ini mengenang-bayangkan resto ini? Bukan main banyak yang sudah kami jalani bersama. Saya masih ingat ketika dulu itu. Setiap pagi jam 10.00 kami berdua Pak Umar mengedari kota Paris. Mencari lokasi resto, mau beli resto, atau mau sewa resto. Pak Umar yang "kecil mungil" itu, bukan main dia punya semangat dan tenaga! Ulet, militan, rajin, gesit, mudah berkomunikasi, ramah dan terbuka, blak-blakan. Pak Umar itu sangat hebat, begitulah di mata saya ketika itu. Dan kami berdua terkadang begitu capeknya, mencari dan mencari, lalu pulang-pulang baru jam 01.00 sampai di rumah. Begitu terus setiap hari selama hampir enam bulan! Terkadang ada teman lain yang ikut dan menyertai kami, itupun kalau seseorang sempat bersama kami.
Berkali-kali gagal, bahkan karena "kebodohan" atau kekeliruan, tanpa di-perhitungan baik-baik, kami pernah "kehilangan uang panjar" karena kesalahan kami sendiri. Yang ini, sekarang ini, barangkali yang ke 5 atau ke 7, barulah jadi yang dulunya bernama resto MADRAS,- sudah ditulis oleh Kang Kusni. Kerja dan mengelola resto cukup berat, bahkan berat sekali, habis waktu dan juga habis tenaga, terkuras. Tapi hati jadi senang, apalagi kalau pelanggannya merasa puas makan di resto kita. Apakah ada di antara kami yang pernah berpengalaman membuka dan mengusahakan sebuah resto? Tak satupun di antara kami yang pernah punya pengalaman itu. Kami mulai betul- betul dari zero dari nol besar! Karena itu banyak sekali kesalahan dan kekurangan yang kami alami. Karena dari yang tadinya tidak tahu, harus dipelajari, harus banyak menyerap kepandaian dan pengalaman orang lain.
Ada beberapa hal dalam catatan saya yang ingin saya ulang-buka kembali di ruangan ini. Pada pokoknya saya sudah mengalami semua mata-acara pekerjaan resto. Jadi tukang-masak utama, jadi tukang-cuci piring, kerja di bar, pembersih ruangan-makan dan wc, kakus, dan di tata-usaha, admiministrasi keuangan, dan yang lainnya. Tetapi menurut perasaan dan pikiran saya, bekerja di dapurlah yang paling sengsara! Karena itu tukang-masak utama, chefkok, gajinya biasanya paling tinggi. Tetapi di kami, perbedaan tinggi rendahnya hanya secuil saja. Di dapur dengan hawa yang sangat panas, belepotan minyak, tegang, capek, dan berdiri terus. Kalau restonya laku, nah, pekerjaan bertambah banyak, kesibukan jadi numpuk. Karena kami belum punya pengalaman kerja sebagai orang resto, maka kami atau saya belum punya perhitungan sebaiknya, mana yang dikerjakan lebih dulu dan bagaimana cara mengerjakannya. Karena itu selalu merasa capek, lelah dan letih. Begitu pulang terasa badan loyo dan tenaga habis kikis!
Pernah pada satu hari karena terlalu capek dan letih, pandangan mata saya berkunang-kunang, keringat dingin, dan gelap...gelap dan gelap. Lalu saya tidak tahu lagi. Sudah itu baru terasa saya diangkat teman lain. Dan saya dibawa pulang, dipanggilkan dokter. Ternyata darah saya ketika itu 220/130. Tinggi sekali. Dan disuruh istirahat selama satu minggu. Hampir saja hilang dari peredaran!
Ketika giliran kerja di sal, ada pesanan barang yang datang. Berpeti minuman soft-drink datang dan harus diturunkan ke ruangan cave, ruangan paling bawah. Setiap peti atau dosnya, berisi antara 6 sampai 8 botol. Banyak peti dan kasnya ada 32! Harus diangkat dan diturunkan semua. Kerja hanya sendirian, semua teman juga begitu. Ketika hari itu, bukan main badan capek dan lelahnya. Keesokan paginya, tidak bisa bangun! Tidak bisa jalan malah! Lalu panggil lagi dokter. Dan disuruh istirahat lagi satu minggu, setiap hari disuntik, jururawat yang datang, sebab tidak bisa jalan. Urusan angkat-usung dan turunkan botol begini, Kang Kusni tahu betul rasa sengsaranya. Bedanya saya dan dia, umurnya dia masih lebih muda dari saya. Dan dia selalu sehat, dan gesit.
Lalu pada satu hari, pernah saya kerja sendirian ketika dinas siang. Biasanya paling sedikit memang dua sampai tiga orang. Tetapi ketika hari itu, ada teman yang mendadak perlu mengurus sesuatu, yang tidak bisa ditunda. Dan saya hanya sendirian. Bayangkan harus jalan cepat-cepat ke bar ke dapur, mondar-mandir. Dan harus masak nasi-goreng, nasi-kuning dan pesanan menu lainnya. Lalu tamu minta kopi, minuman ini itu. Ada yang mau bayar dan mau pulang. Ketika itu entah bagaimana, timbul di hati saya buat minta kekuatan kepada Tuhan. Saya berdoa di dapur, agar Tuhan memberi kekuatan kepada saya. Pelanggan kami kalau siang hari, banyak yang kami kenal, yang bekerja di sekitar daerah situ. Kepada mereka saya katakan saya hanya sendirian. Kalian boleh ambil minuman airkendi yang saya sudah sediakan di depan bar. Dan mereka mengambilnya sendiri. Kerjasama begini sangat saling membantu. Mereka dengan rela dan penuh pengertian, membantu saya. Dan saya sangat berterima kasih kepada mereka.
Hari itu tamunya malah 21 orang! Yang gilanya lagi, sorenya saya masih punya tenaga buat berenang di kompleks gedung-olahraga di dekat apartemen saya. Saya sesudah itu malah merasa sangat heran. Darimana saya dapatkan tenaga itu, di luar kesadaran saya. Kok masih bisa olahraga berenang segala! Saya masih ingat benar, harinya hari Kemis, bulannya bulan September dan tahunnya tahun 1989.
Ketika saya dan anak-cucu saya buat pertama datang ke Indonesia, kami juga sempat ke Bali, berlibur, sesudah genap 30 tahun berpisah dengan tanahair. Kami di hotel berbintang empat dan lima. Kami di Kuta di hotel Santika ( punya grupnya KOMPAS? Mas Jakob Utama? ) Pada tahun- tahun selanjutnya di hotel Melia Sol dan di Lombok di hotel Sheraton. Ketika menikmati liburan di Bali dan Lombok, samasekali saya tidak lupa, mengapa semua ini bisa terjadi, kenapa kok saya bisa mampu berlibur dengan begitu fasilitas mewah dan wah?! Semua ini tanpa ada resto kami, resto yang kami dirikan sendiri bersama-sama, tidak mungkin saya akan dapat menikmati semua itu. Berkat adanya resto itulah saya dapat hidup, saya dapat bertahan. Dan resto itulah yang menghidupi saya selama ini. Bagaimana saya takkan sayang? Dia bagaikan biji mata saya sendiri. Seandainya resto ini orang, berbentuk orang, bernafas dan bernyawa, saya akan memeluk mencium mendekapnya, menyayanginya. Saya akan sangat banyak berbicara kepadanya, banyak yang saya mau cerita-kisahkan kepadanya. Tanpa resto ini, tak tahulah saya, akan bagaimana. Dia telah menghidupi saya, telah membikin saya bernafas, bertahan hidup, dan banyak menulis, meneruskan profesi dan cita-cita saya yang sangat sederhana: biarkanlah saya diberi kesempatan menikmati kehidupan ini dengan menulis - membaca dan menulis, bercerita dan berkisah seperti yang saya lakukan setiap hari ini,- Selamat dan Selamat buatmu, restoku, resto kami bersama!,-
-------------------------Holland, 14 Desember 02----------------------------
* * *